Minggu, 14 Juli 2013

sejarah layang-layang

Sejarah layang-layang dan perkembangannya

Sejarah Layang-Layang dan Perkembangannya. ini mengenai permainan tradisional waktu kita kecil dulu dan saya sekedar mengingatkan kepada sob dan bernostalgia Sejarah Layang-layang dan perkembangannya langsung aja ya Layang-layang atau layangan merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia sebagai salah satu jenis permainan, layang- layang diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif. Terdapat berbagai tipe layang-layang layang-layang permainan. Yang paling umum adalah layang-layang hias dan layang-layang aduan (laga). Terdapat pula layang-layang yang diberi sendaringan (koang) yang dapat mengeluarkan suara karena hembusan angin. Layang-layang laga biasa dimainkan oleh anak- anak pada masa pancaroba karena biasanya kuatnya angin berhembus pada masa itu. Penggunaan layang-layang sebagai alat bantu penelitian cuaca telah dikenal sejak abad ke-18. Contoh yang paling terkenal adalah ketika Benjamin Franklin menggunakan layang- layang yang terhubung dengan kunci untuk menunjukkan bahwa petir membawa muatan listrik. Layang-layang raksasa dari bahan sintetis sekarang telah dicoba menjadi alat untuk menghemat penggunaan bahan bakar kapal pengangkut. Pada saat angin berhembus kencang, kapal akan membentangkan layar raksasa seperti layang- layang yang akan 'menarik' kapal sehingga menghemat penggunaan bahan bakar. Sejarah dan Asal Muasal Layang- Layang Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari China sekitar 2500 SM. Diperkirakan dari China, layang- layang mulai disebarluaskan ke negara Asia lain seperti Korea, Jepang, Indonesia dan India. Bahkan, permainan layang- layang menyebar ke Barat hingga kemudian populer di Eropa. Di Asia, layang-layang kerap kali berkaitan dengan upacara keagamaan atau kepentingan agama. Banyak layang-layang dari RRC dibuat berwujud naga dari cerita rakyat. Bentuk tradisional lainnya seperti burung, kupu- kupu, bahkan kelabang. Di Malaysia, menerbangkan layang- layang di atas rumah pada malam hari dipercaya dapat menjauhkan roh jahat. Di Korea, nama bayi yang baru lahir sering dituliskan pada layang- layang, lalu diterbangkan dan dibiarkan terlepas sendiri. Sementara di Jepang menerbangkan layang-layang merupakan kegiatan sosial. Para penduduk desa bersama-sama membangun sebuah layang- layang yang sangat besar. Layang-layang ini berukuran 120 yard persegi, dan dapat diterbangkan hanya pada acara festival saja karena dibutuhkan seluruh penduduk kampung tersebut untuk menaikkannya. Di Eropa, layang-layang menjadi permainan anak-anak, namun hal ini tidak menarik perhatian yang serius sampai abad ke XVIII. Pada tahun 1749 seorang ilmuwan Scotlandia bernama Alexander Wilson menggunakan beberapa rangkaian layang- layang untuk mengukur temperatur udara pada ketinggian yang berbeda. Tiga tahun kemudian, dalam tahun 1752, Benjamin Franklin melakukan percobaannya yang terkenal untuk membuktikan bahwa petir itu adalah listrik. Layang-layang dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan kite, nama 'kite' sendiri dalam bahasa Inggris diambil dari nama burung pemangsa yang anggun dan lemah gemulai kepak sayapnya saat terbang. Sementara di sejumlah daerah di Indonesia, fungsi layang- layang berbeda-beda. Di beberapa daerah, layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu, biasanya terkait dengan proses budidaya pertanian. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu dan diikat dengan serat rotan. Layang-layang semacam ini masih dapat dijumpai di Sulawesi. Diduga pula, beberapa bentuk layang-layang tradisional Bali berkembang dari layang-layang daun karena bentuk ovalnya yang menyerupai daun. Selain itu, beberapa daerah di Bali, sama seperti Jepang, juga menerbangkan layang-layang sebagai kegiatan sosial. Para penduduk desa bersama-sama membangun sebuah layang- layang yang sangat besar dan menerbangkannya beramai- ramai. Di Jawa Barat, Lampung, dan beberapa tempat di Indonesia ditemukan layang- layang yang dipakai sebagai alat bantu memancing. Layang- layang ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu, dan dihubungkan dengan mata kail. Di Pangandaran dan beberapa tempat lain, layang- layang dipasangi jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar. Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, pada awal abad ke-21 yang memberikan kesan orang bermain layang- layang menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur lebih dari 100 tahun. Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar